Paling Sering Dilihat

  • Kalender Islam NU Tahun 2023 – Versi PDF (79,332)
    Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) telah menerbitkan Kalender Islam Tahun 2023 M yang mendasarkan tanggal-tanggal islam dengan hisab imkanur rukyat sesuai kriteria MABIMS yang baru (Kriteria 364). NU memberi tajuk kalender ini sebagai: "Almanak 2023 (1444/1445 H)". Kalender ini meliputi… <a href="https://blog.al-habib.info/id/2016/10/matahari-dekat-semburat-sinar-kerpuskular-buktinya/" class="more-link">Continue Reading <span class="meta-nav">→</span></a>
  • Kalender Islam NU 2022 M dari Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (37,191)
    Catatan: [alert]Info 1 Rajab 1443 H (2022 M)[/alert] NU Menetapkan Kriteria Imkan Rukyat Baru: kemungkinan berdampak kepada mundurnya 1 Ramadhan 1443 H menjadi bertepatan dengan Ahad, 3 April 2022. Sebelumnya, Pemerintah RI juga sudah memutuskan untuk menggunakan kriteria yang sama,… <a href="https://blog.al-habib.info/id/2016/10/matahari-dekat-semburat-sinar-kerpuskular-buktinya/" class="more-link">Continue Reading <span class="meta-nav">→</span></a>
  • Melacak Asal-usul Foto Nabi Muhammad (33,814)
    Pada Oktober tahun 2009 yang lalu, kaum muslimin di Indonesia sempat digemparkan dengan berita beredarnya pin bergambar sosok yang diberi label dan dikatakan sebagai Nabi Muhammad. Pin yang beredar di Makassar, Sulawesi Selatan itu menampilkan gambar pasfoto seorang pemuda arab… <a href="https://blog.al-habib.info/id/2016/10/matahari-dekat-semburat-sinar-kerpuskular-buktinya/" class="more-link">Continue Reading <span class="meta-nav">→</span></a>
Categories: Sains

Belajar dari “Bumi Datar”: Matahari Dekat, Benarkah?

Salah satu argumen dari pengusung Teori Konspirasi Bumi Datar adalah bahwa jarak matahari dengan bumi adalah dekat. Menurut salah satu pencetus Flat Earth Society, jaraknya hanya sekitar 5000 km dari bumi. Di era internet ini, salah satu video dari pengusung Flat Earth memberikan contoh gambar sinar matahari yang menembus awan, yang terlihat mengerucut pada satu titik seolah-olah sumber cahayanya dekat.

Mari kita belajar dari argumen dan bukti yang dibawakan tersebut.

Gambar yang diperlihatkan adalah sinar krepuskular (crepuscular rays) dari matahari yang menembus awan di saat cuaca basah. Salah satunya adalah di bawah ini:

Para pengusung teori bumi datar kemudian menampilkan analagi bahwa fenomena semacam itu bisa diperoleh dengan sinar lampu yang dekat dengan penghalang kertas yang berlubang-lubang (gambar di bawah ini, bagian kiri). Jadi, kesimpulannya matahari adalah dekat tidak jutaan kilometer jauhnya dari bumi.

Tetapi tepatkah analogi tersebut?

Pada gambar di atas yang bagian kanan, terlihat ada percobaan yang menggunakan sinar matahari alami di luar ruangan. Terlihat bahwa sebenarnya, sinar matahari yang melewati lubang-lubang kertas (sebagai padanan awan) membentuk garis-garis sejajar.

Mengapa sinar matahari yang sama menghasilkan garis-garis sinar yang terlihat berbeda pada saat dihalangi? Yang terhalang kertas terlihat sejajar, sementara yang terhalang awan terlihat berasal dari satu titik?

Jawabannya adalah perspektif.

Pengusung teori bumi datar menggunakan argumen perspektif ini saat menjelaskan terbit dan tenggelamnya matahari. Tetapi sayangnya mereka tidak menggunakan perspektif untuk menjelaskan fenomena sinar kerpuskular matahari di atas.

Sinar krepuskular matahari yang menembus awan tersebut sebenarnya juga sejajar seperti pada gambar bagian kanan di atas. Namun karena skalanya sangat besar dan luas maka efek perspektif ini terlihat lebih jelas. Awan di atas langit tersebut jauh lebih jauh jaraknya dibandingkan dengan lautan yang ada di depan mata kita (pada contoh gambar di atas). Alhasil, awan yang tertembus sinar matahari terlihat lebih kecil dan demikian juga sinar yang menembusnya.

Jika perspektif ini kita terapkan pada percobaan menggunakan kertas berlubang yang disinari sinar matahari akan dapat pula dijelaskan mengapa terlihat sejajar. Jarak kertas yang berlubang dengan kertas di tanah tidak terlalu jauh dan relatif sama jaraknya dengan mata kita. Hasilnya, sinar-sinar terlihat sejajar oleh mata (meskipun mungkin sebenarnya tidak sejajar sempurna, tetapi perbedaan jarak yang kecil ini tak terlihat nyata oleh mata kita).

Kru stasiun ruang angkasa ISS juga pernah memotret sinar krepuskular ini dari angkasa sebagaimana foto berikut ini:

Terilhat dalam foto di atas bagaimana bentuk sinar krepuskular matahari saat menembus awan saat dilihat dari perspektif yang berbeda. Karena yang memotret tepat berada di atas awan dan bayangannya, maka jarak bayangan atau sinar yang menembus awan tersebut semuanya sama relatif terhadap yang memotret. Hasilnya, sinar krepuskular matahari tadi terlihat sejajar.

Sinar matahari anti-krepuskular (anti-crepuscular rays)

Ada lagi satu fenomena alam yang menunjukkan bahwa sinar matahari krepuskular tersebut sebenarnya adalah sejajar. Namanya adalah sinar anti-krepuskular. Sinar ini terlihat di arah sebaliknya dari sumber cahaya matahari. Maksudnya, jika matahari sedang ada di timur, maka sinar anti-krepuskular ini terlihat di barat.

Jika matahari dekat, seperti yang dikatakan pengusung flat earth, maka sinar krepuskular yang terbentuk oleh matahari di sebelah timur akan semakin membesar, menjauhi satu sama lain saat sinar tersebut mencapai ufuk barat. Jika kita melihat semburat sinar semacam ini di ufuk barat, tentunya yang kita lihat adalah sinar yang tidak bergabung menuju satu titik. Sinar tersebut akan terus menjauhi satu sama lain.

Namun kenyataannya, sinar semacam itu di alam terlihat menyatu menuju ke satu titik di ufuk barat. Contohnya adalah seperti foto di bawah ini:

Terlihat bulan purnama yang sedang tenggelam di foto di atas. Artinya, matahari sedang berada di ufuk timur, sedang terbit dan sinarnya terhalang awan sehingga menghasilkan semburat sinar krepuskular di atas. Kita lihat semburatnya menyatu ke satu titik karena perspektif. Jarak kita ke ufuk barat sangat lebih jauh dibandingkan dengan jarak kita ke semburat sinar yang terbentuk di atas kepala kita. Jadinya, sinar matahari yang sejajar aslinya akan terlihat menuju satu titik karena perspektif penglihatan kita. Persis seperti rel kereta atau sisi jalan yang terlihat menyatu di kejauhan.

Kesimpulannya, matahari memang sangat jauh dari bumi dan berukuran sangat besar dibandingkan bumi. Karena itu, sinar matahari yang masuk ke bumi boleh dibilang sejajar di manapun di muka bumi ini. Semburat sinar matahari yang menembus awan terlihat tidak sejajar karena perspektif pandangan kita saja.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari fenomena alam di sekitar kita.

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

Recent Posts

Foto-foto Bulan Sabit 1 Jumadil Awal 1446 H

Berdasarkan hisab visibilitas hilal 1 Jumadil Awal 1446 H, bulan sabit pertama akan bisa diamati…

3 hari ago

Unduh Kalender Islam 2025, Resmi dari Kemenag RI

Kementerian Agama Republik Indonesia telah secara resmi merilis Kalender Islam 2025. Kemenag RI memberi tajuk…

1 minggu ago

Kapan 1 Rabiul Akhir 1446 H Dimulai?

Bulan Rabiul Akhir 1446 H ditandai dengan ijtimak siklus bulan ke-17.344 dalam kalender hijriyah yang…

1 bulan ago

Koleksi Foto Bulan Sabit (Hilal) 1 Dzulhijah 1445 H

Prosesi rukyatul hilal atau melihat hilal awal bulan Dzulhijah telah dilakukan di berbagai negara pada…

5 bulan ago

Hilal Terlihat, Arab Saudi Tetapkan 1 Dzulhijah 1445 H Jatuh Pada Hari Jumat, 7 Juni 2024

Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Arab Saudi kemarin petang waktu setempat, ditetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1445…

5 bulan ago

Kapan Idul Fitri, 1 Syawal 1445 H Menurut Hisab dan Rukyat di Indonesia?

Secara hisab Ijtima’ akhir Ramadhan 1445 H. terjadi hari Selasa, 9 April 2024 M, pukul…

7 bulan ago