Dalam beberapa pekan terakhir ini, Indonesia diguncang gempa-gempa yang terasakan oleh cukup banyak orang. Selain itu, beberapa gunung pun mengeluarkan isi perutnya hampir secara bersamaan. Meskipun tidak mengakibatkan banyak kerusakan atau korban jiwa, namun bergetarnya bumi Indonesia yang terjadi secara beruntun mengundang tanda tanya. Apa yang sedang terjadi sebenarnya?
Bagi mereka yang memahami geografi, ilmu kebumian, jawabnya mungkin sederhana: Indonesia memang berada di wilayah yang aktif baik secara tektonis maupun vulkanis. Jadi wajar jika sering terjadi gempa atau gunung meletus.
Benar, memang demikian kenyataannya. Tetapi sebagai seorang muslim, yang mengimani akan adanya Allah yang berkuasa menggerakkan atau mendiamkan bumi, tentu ini menjadi ajang tafakur atau pengingat. Paling tidak, kejadian gempa yang berturutan dari Sumatera, Jawa hingga Papua seharusnya menyadarkan kita bahwa Allah Maha Melihat apa yang kita lakukan.
Tidakkah kita ingat kejadian-kejadian yang sempat menjadi isu nasional pada beberapa waktu sebelumnya? Ada ‘bangkitnya’ kaum LBGT (teman-temanya kaum Sodom yang menyukai sejenis di masa Nabi Luth), munculnya isu JIN (Jama’ah Islam Nusantara, yang seolah menyatakan Islam itu belum sempurna jika tidak mengamalkan ajaran versi Indonesia, Nusantara), wacana legalisasi nikah beda agama, pengaturan speaker masjid, dan yang terakhir insiden pembakaran masjid di Tolikara.
Di sini tidak dikatakan bahwa kejadian-kejadian tersebut adalah penyebab gempa-gempa di Indonesia ini. Allah yang Maha Mengetahui itu semua. Namun, timing atau waktu kejadian ini bisa menjadi bekal bagi kita untuk mawas diri. Berhati-hati dan selalu mengingat Allah: Jangan sampai melakukan hal-hal atau tindakan yang bisa mengundang murka dan azab Allah.
Guncangan gempa atau letusan gunung seharusnya mengingatkan kita bahwa banyak kaum-kaum terdahulu dibinasakan Allah dengan cara seperti itu karena mereka mendustakan para Nabi yang membawa ajaran dari Allah.
Atau sebenarnya bumi dan gunung-gunung tadi sedang memberi peringatan kepada kita bahwa Allah sedang memperhatikan kita lebih seksama. Mereka merasakan kehadiran Allah sementara kita sedang melupakan Allah. Mereka bergetar karena takut kepada Allah, sementara kita semakin menyepelekan aturan-aturan Allah.
Dahulu, Nabi Musa jatuh pingsan dan kemudian bertaubat kepada Allah karena ia ‘lancang’ meminta kepada Allah untuk bisa melihat wujud-Nya. Nabi Musa pingsan karena guncangan gempa yang menggetarkan dan menghancurkan sebuah gunung yang takut akan kehadiran Allah swt.
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.
Qur’an, Surat Al A’raf [7]: 143.
Secara hisab, Ijtima’ akhir Jumada al-Ula 1446 H terjadi hari Ahad, 1 Desember…
Berdasarkan hisab visibilitas hilal 1 Jumadil Awal 1446 H, bulan sabit pertama akan bisa diamati…
Kementerian Agama Republik Indonesia telah secara resmi merilis Kalender Islam 2025. Kemenag RI memberi tajuk…
Bulan Rabiul Akhir 1446 H ditandai dengan ijtimak siklus bulan ke-17.344 dalam kalender hijriyah yang…
Prosesi rukyatul hilal atau melihat hilal awal bulan Dzulhijah telah dilakukan di berbagai negara pada…
Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Arab Saudi kemarin petang waktu setempat, ditetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1445…