Darimana Asal Simbol Bulan Sabit & Bintang dalam Islam?

Bendera_Kesultanan_Turki_Utsmaniyah_(1453-1844)

Bendera Kesultanan Turki Utsmaniyah (1453-1844)

Gambar Bulan Sabit dan kadang disertai Bintang di atasnya sering kali muncul pada situs atau gambar atau kejadian yang berkaitan dengan kegiatan umat islam. Dari manakah simbol bulan bintang ini berasal. Apakah Rasulullah menggunakannya di masa lalu? Bolehkah kita, sebagai umat islam menggunakannya sekarang?

Sejarah Samar Bulan Sabit

Sebenarnya, tidak banyak informasi yang menunjukkan asal muasal simbol bulan sabit dan bintang ini dalam islam. Tidak ada hadits atau riwayat para shahabat dan kaum tabi’in yang menyatakan adanya penggunaan simbol ini di masa awal islam. Jika ada riwayat penggunaan bendera atau panji-panji, itu terjadi di saat kaum muslimin melakukan peperangan. Dan hal semacam itu merupakan kebiasaan sebuah pasukan perang, baik di masa lalu maupun sekarang.

Panji atau bendera kaum muslimin sendiri tidak memiliki standar atau warna tertentu yang ditetapkan berdasarkan perintah Allah atau Nabi Muhammad. Ada yang mengabarkan warnanya hitam, hijau atau putih. Ada yang menyatakan itu polos saja atau bertuliskan kalimat Tauhid: laa ilaaha illaallaah, muhammadar rasuulullaah. Yang jelas tidak ada gambar bulan bintang.

Menurut catatan sejarah, simbol bulan bintang baru muncul dan dipakai kaum muslimin di masa pemerintahan Kekhalifahan Utsmaniyah di Turki. Ketika mereka berhasil menguasai Konstantinopel, kota Istambul sekarang, pada tahun 1453, mereka mengadopsi lambang kota itu sebagai panji pasukan Utsmaniyah. Legenda menyebutkan bahwa Sultan Utsman, penguasa saat itu, bermimpi melihat 2 ujung bulan sabit membentang dari ujung bumi yang satu hingga ujung lainnya. Hal itu diartikan sebagai pertanda kebaikan dan kejayaan sehingga ia memilih untuk mengadopsi lambang kota yang ditaklukkannya sebagai simbol Dinasti Utsmaniyah yang dibangunnya.

Saat itu, hanya ada bulan sabit emas dalam bendera tersebut. Seiring dengan waktu, bintang terkadang muncul dalam bendera baru mereka. Dan ketika kejatuhan Kekhilafahan terjadi, bendera terakhir mereka adalah bulan sabit dan bintang berwarna putih.

Ratusan tahun lamanya Kekhilafahan Turki Utsmaniyah mengayomi kaum muslimin dan sering terlibat pertempuran dengan pihak Kristen Eropa. Alhasil, terpatrilah dalam benak setiap orang di dunia bahwa simbol bulan sabit dan bintang merupakan simbol kaum muslimin.

Apalagi jika dikaitkan dengan kalender islam yang berbasis peredaran bulan, maka simbol itu semakin terasa pas untuk kaum muslimin. Setiap bulan, kaum muslimin akan mencoba menentukan kapan bulan sabit atau hilal bisa dilihat yang menandai masuknya bulan baru.

Hukum Menggunakan Lambang Bulan Bintang

Sebagian kaum muslimin melihat bahwa bulan bintang tidak dicontohkan penggunaannya oleh Rasulullah, dan karenanya menolak lambang ini. Sebagian yang lain melihat bahwa secara umum tidak masalah karena memang pada kenyataannya orang sudah mengasosiasikan lambang bulan sabit dengan kaum muslimin.

Yang utama bagi kita, kaum muslimin adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak meminta kita untuk menjadikan simbol apapun untuk diagung-agungkan, dikeramatkan. Bahkan Islam sangat menentang kemusyrikan yang bisa bermula dari pengkultusan, pengidolaan, atau penghormatan berlebihan terhadap suatu hal.

Semoga bermanfaat.

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

3 Comments

  1. SAngat bermanfaat. Islam bukan agama yang terobsesi akan perlambangan dan semacamnya. Lebih baik tanamkan syahadat drpada menanamkan lambang yang itu tidak lain hanya sebuah simbol kosong

  2. Saya rasa dengan kalimat tauhid lebih baik, karena pada jaman Nabi Muhammad SWA, juga menggunakan kalimat tauhid dibenderanya

Tinggalkan Balasan