Di awal masa tahun 1990-an, saya masih teringat bagaimana senangnya saya atau anggota keluarga kami ketika Pak Pos datang di seputar hari raya Idul Fitri sambil membawa kartu lebaran untuk kami. Entah itu dikirim oleh sanak famili maupun teman-teman sekolah, kartu lebaran yang biasa berupa kartupos itu selalu dinanti kedatangannya setiap tahun. Apalagi jika pengirimnya adalah teman istimewa dari saya dan saudara-saudara saya. Biasanya kegembiraan tersebut akan ditimpali dengan canda dan saling meledek di antara kami.
Saya bahkan sempat menyalurkan hobi menggambar saya dengan menciptakan kartu lebaran sendiri melalui goresan kuas cat air, spidol atau pensil warna. Ingin membuat yang spesial, pikir saya waktu itu. Jika kebanyakan desain saat itu berupa gambar masjid dan dihiasi dengan ornamen pemanis, maka saya berusaha membuat sendiri dengan mengangkat simbol-simbol lain dari lebaran. Atau sekali waktu menampilkan suasana lebaran itu sendiri dalam gaya yang sedikit jenaka. Untuk desain semacam itu saya sempat memperoleh sebuah piala penghargaan sebagai juara pertama desain kartu lebaran di kota kabupaten tempat tinggal saya saat itu.
Sebuah kenangan manis bagi saya pribadi tentang selembar kartu lebaran.
Di era informasi sekarang ini, nasib kartu lebaran konvensional (yang berupa kertas) terasa semakin terpuruk. Ketika telepon genggam mulai menjadi bagian gaya hidup keseharian di era akhir tahun 90-an, layanan sms tampaknya mulai menggantikan fungsi kartu lebaran. Bahkan berbagai media cetak juga memberitakan tentang mulai menurunnya minat masyarakat mengirimkan kartu lebaran. Sebuah kantor pos yang dulunya bertugas mengantar ribuan atau bahkan jutaan kartu lebaran di masa idul fitri, kini hanya menerima puluhan atau maksimal ratusan.
Apakah era pengiriman kartu lebaran sudah mati?
Boleh jadi demikian keadaannya bagi kartu lebaran konvensional. Namun sejalan perubahan tren dan minat masyarakat tersebut, muncullah bentuk-bentuk baru kartu lebaran. Pos Indonesia misalnya, memberikan layanan Surat Elektonik (Ratron) untuk mengatasi menurunnya minat masyarakat mengirim kartu lebaran konvensional. Dengan Ratron, masyarakat tetap bisa mengirimkan ucapannya melalui SMS, namun penerima akan menerima ucapan lebaran tersebut berupa sebuah kartupos. Di dunia maya, berbagai jenis kartu ucapan elektronik pun bermunculan dan ditawarkan. Layanan semacam ini memanfaatkan jenis komunikasi baru berupa email yang juga telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Kini, di era Web 2.0, ketika blog menjamur dan jaringan sosial internet berkembang, kartu lebaran pun ditawarkan dalam bentuk lain melalui blog-blog semacam ini.
Untuk mengikuti perkembangan semacam itulah, maka situs Kartu Ucapan Islami Alhabib terus diperbarui. Tujuannya, agar bisa memberi manfaat kepada kaum muslimin di era digital ini dengan memberi pilihan jenis-jenis kartu ucapan yang bermakna.
ide artikelnya sangat informatif banget. Senangnya bisa berkunjung kemari ^_^
Saya bahkan sempat menyalurkan hobi menggambar saya dengan menciptakan kartu lebaran sendiri melalui goresan kuas cat air, spidol atau pensil warna.