Pada tanggal 29 Ramadhan 1443 H, bertepatan dengan 1 Mei 2022, InsyaAllah pemerintah Indonesia akan mengadakan rukyatul hilal di seluruh wilayah Indonesia yang tersebar di 101 titik, kemudian dilanjutkan sidang Itsbat penetapan 1 Syawal 1443 H. Tidak mudah untuk memprediksi hasil sidang itsbat kali ini karena cukup kompleksnya faktor-faktor yang berpengaruh. Penulis akan coba menyederhanakan pembahasannya sebagai berikut.
Dengan menggunakan alqoritma modern, dapat diketahui secara akurat sifat astronomis hilal pada saat itu. Sebagai contoh, ketika matahari terbenam di kota Banda Aceh pada pukul 18.45 WIB,tinggi hilal 5.5 derajat (toposentrik) dan eleongasinya sekitar 7 derajat (geosentrik).
Berdasar pada fakta astronomis tersebut:
- Pengalaman keindonesian kita mengajarkan bahwa biasanya akan ada pengakuan keterlihatan dengan nilai astronomis tersebut.
- Hasil penelitian Muhammad Odeh (2006) juga memprediksi bahwa jika langit cerah,maka hilal dapat terlihat dengan bantuan alat optik,misalnya teleskop di pulau Sumatra (Lihat peta visibilitas hilal di bawah ini).
Jika ada laporan keterlihatan hilal, terutama di dari Indonesia bagian barat,maka 1 Syawal akan jatuh pada hari Senin Tanggal 2 Mei 2022. Adapun jika tidak ada laporan keterlihatan hilal misal karena mendung, maka ada dua kemungkinan:
- Sesuai dengan tekstual hadits, bulan Ramadhan diistikmalkan menjadi 30 hari sehingga 1 Syawal jatuh pada hari Selasa 3 Mei.
- Mengacu pada fatwa MUI no: Kep/276/MUI/VII/1981 tanggal 1 Juli 1981, bahwa jika ahli hisab telah sepakat bahwa tanggal 29 itu sudah imkanurukyah,tapi ternyata hilal tidak terlihat, maka keesokan harinya dapat ditetapkan tanggal 1 bulan berikutnya. Ini didasarkan pada pendangan fiqh al-Ubbadi, Asy-Syarwani dan Ibn Qasim. Pada tanggal 29 Ramadan nanti, sudah ada daerah di Indoenesia yang imkanurukyah untuk kriteria Neo-MABIMS (elongasi geosentris), sehingga meskipun hilal tidak terlihat,boleh jadi kemeterian agama akan memetapkan Ramadhan hanya 29 hari sehingga 1 Syawal Jatuh pada Tanggal 2 Mei 2022. Pertimbangan semacam ini pernah digunakan oleh kementerian agama dalam penetapan 1 Ramadhan 1407 H yang jatuh pada hari Rabu 29 April 1987.
[Catatan editor: Namun demikian, kriteria neo-MABIMS tidak menetapkan bahwa nilai elongasi yang digunakan adalah elongasi geosentris. Baik parameter ketinggian hilal maupun elongasinya tidak diperinci. Namun diasumsikan bahwa keduanya sama-sama toposentris seperti maksud penetapan ketinggian hilal. Jika yang digunakan adalah elongasi toposentris, maka belum ada wilayah Indonesia yang memenuhi kriteria imkan rukyat MABIMS tersebut.]
Sampai disini, ada tiga poin yang mengarahkan 1 Syawal pada 2 Mei dan hanya 1 poin yang dapat menjadikan 3 Mei sebagai 1 Syawal. Selain faktor-faktor ini,sidang istbat kemenag tentu juga akan memperhatikan maslahat mudhorat serta aspek psikologi sosial masyarakat.
Berdasar pada analisis di atas, insyaAllah tetap ada peluang lebaran pada 3 Mei, tapi lebih besar kemungkinan pemerintah akan memutuskan 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin 2 Mei 2022. Wallahu a’lam.
Jika prediksi ini benar,maka lebaran tahun ini bersamaan dengan Muhammadiyah yang dengan hisab wujudul hilalnya telah lebih dl memutuskan pada 2 Mei 2022 (MAKLUMAT NOMOR 01/MLM/I.0/E/2022 TENTANG PENETAPAN HASIL HISAB RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1443 HIJRIAH tertanggal 2 Rajab 1443 Hijriyah atau 3 Februari 2022).
Penulis: Andi Muh. Akhyar, M.Sc. (Direktur Sekolah Astronomi Islam Indonesia dan Dosen Fisika Universitas Negeri Gorontalo)
Sumber: IG Sekolah Astronomi Islam Indonesia