Setelah terjadinya gelombang tsunami yang menerjang kawasan pantai Anyer, Propinsi Banten dan sekitarnya, para ahli mencoba mencari tahu penyebab munculnya tsunami. BMKG sempat menyatakan itu bukan tsunami karena tidak adanya gempa tektonis yang biasanya mendahului kejadian tsunami. Namun, bukti-bukti semakin kuat bahwa aktivitas letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda adalah penyebabnya.
Gunung Anak Krakatau sendiri telah beberapa bulan terakhir ini aktif meletus, baik kecil maupun besar. Letusan ini disertai dengan semburan lava yang terus menerus menambah timbunan material bebatuan di sekitar lereng gunung. Para ahli sejak lama sudah memperkirakan bahwa timbunan material yang sedemikian cepat menumpuk pada lereng gunung Anak Krakatau sangat rentan untuk longsor. Mereka memperkirakan longsor bisa terjadi terutama di sisi barat daya yang curam karena mengarah kepada pusat kaldera yang dalam bekas letusan dahsyat Krakatau tahun 1883. Jika longsor terjadi, maka akan memicu terjadinya tsunami. Demikian salah satu kesimpulan dari hasil penelitian di tahun 2012 mengenai potensi tsunami gunung Anak Krakatau.
Penelitian ini bahkan membuat simulasi besarnya gelombang tsunami dan kapan ia menerjang kawasan pantai di seputar Selat Sunda. Pantai Anyer, Labuah, Tanjung Lesung akan diterjang gelombang tsunami setinggi 1-5 m dalam 30-40 menit pasca longsor Anak Kraktau (sumber: researchgate). Prediksi ini amat mirip dengan kejadian tsunami 22 Desember 2018 yang terjadi sekitar 30 menit setelah letusan gunung Anak Krakatau.
Foto-foto satelit juga mengkonfirmasi terjadinya longsor di bagian lereng barat daya gunung Anak Krakatau. Dari gambar animasi sebelum dan sesudah kejadian tsunami di bawah ini, terlihat bagaimana sebagian sisi barat daya gunung tersebut telah lenyap (Sumber: Hareldan).
Gambar serupa setelah kejadian tsunami menunjukkan gelombang laut yang konsentris, berasumber dari gunung Anak Krakatau. Gelombang ini diduga terjadi karena getaran atau guguran lava, atau longsor dari Anak Krakatau.
Semoga kita semua bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian semacam ini.
Secara hisab, Ijtima’ akhir Jumada al-Ula 1446 H terjadi hari Ahad, 1 Desember…
Berdasarkan hisab visibilitas hilal 1 Jumadil Awal 1446 H, bulan sabit pertama akan bisa diamati…
Kementerian Agama Republik Indonesia telah secara resmi merilis Kalender Islam 2025. Kemenag RI memberi tajuk…
Bulan Rabiul Akhir 1446 H ditandai dengan ijtimak siklus bulan ke-17.344 dalam kalender hijriyah yang…
Prosesi rukyatul hilal atau melihat hilal awal bulan Dzulhijah telah dilakukan di berbagai negara pada…
Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Arab Saudi kemarin petang waktu setempat, ditetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1445…