Seorang pria mengunjungi Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz ra dan menceritakan kepadanya aib seseorang. Beliau lantas berkata, “Mana yang kau pilih, kuselidiki laporanmu dan jika ternyata kau berdusta, maka kau adalah orang fasik yang tersebut dalam ayat berikut:
ÙŠÙŽØ¢ أَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا Ø¥Ùنْ جَآءَكÙمْ ÙَاسÙÙ‚ÙŒ بÙنَبَأ٠ÙَتَبَيَّنÙوْا أَنْ تÙصÙيْبÙوْا قَوْمًا بÙجَهَالَة٠ÙَتÙصْبÙØÙوْا عَلَى مَا ÙَعَلْتÙمْ نَادÙÙ…Ùيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat, 49:6)
Dan jika laporanmu memang benar, maka kau adalah manusia yang disebutkan dalam ayat berikut:
هَمَّاز٠مَّشَّآء٠بÙÙ†ÙŽÙ…ÙيْمÙ
“yang banyak mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah,” (Al-Qalam, 68:11)
Atau kami maafkan saja kau, mana yang kau pilih?”
“Wahai Amirul Mukminin, maafkan aku. Aku tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi,” jawab lelaki itu.
Hikmah Di Balik Kisah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dan Penggunjing
Orang yang suka menceritakan keburukan seseorang kepada orang lain untuk mengadu domba, dalam agama disebut sebagai nammâm (pengadu domba). Rasûlullâh saw bersabda:
لاَ يَدْخÙل٠الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk Surga seseorang yang suka mengadu domba (nammâm).” (HR Muslim, Bukhârî, Tirmidzî, Abû Dâwûd dan Ahmad)
Pertengkaran mulut, perkelahian dan bahkan hingga pembunuhan sering kali terjadi hanya karena ulah pengadu domba. Seorang yang beriman tidak boleh gegabah di dalam menanggapi setiap berita yang ia dengar dan juga tidak boleh terlalu mudah menyampaikan berita itu kepada orang lain, sebelum menyelidiki dan memastikan kebenarannya terlebih dahulu. Terlebih lagi jika pembawa berita itu dikenal sebagai seorang yang banyak bermaksiat kepada Allâh. Sayangnya, ajaran Allâh yang begitu indah ini kurang diperhatikan.