Mereka yang mengikuti faham Flat Earth atau “Bumi Datar” mengajak kaum muslimin untuk tidak mengikuti penjelasan mengenai ayat-ayat Qur’an terkait bentuk bumi dari blog-blog atau ustadz yang tidak berbahasa arab. Kemudian dikutiplah beberapa pendapat ulama dari negeri Arab yang menyatakan bahwa bentuk bumi adalah datar.
Sekilas, ajakan tersebut bagus dan langsung menunjukkan kebenaran teori “bumi datar” yang didukung oleh ayat-ayat Allah dalam Al Qur’an. Tetapi hal tersebut bisa menjerumuskan jika kita tidak teliti. Pertama, yang dikutip hanyalah beberapa ulama dan tidak disampaikan pendapat kebanyakan ulama. Kedua, tidak semua ulama berbahasa Arab mengerti atau faham tentang ilmu bumi, fisika atau astronomi. Dan yang ketiga, ulama juga manusia yang tak luput dari salah dan alpa.
Sebagian penyeru “Bumi Datar” mengutip “fatwa” dari Sheikh Bin Baz, Mufti dari Arab Saudi, yang menyatakan bahwa bumi itu tidak bulat dan diam saja. Jika ia bulat dan berputar, tentunya tempat-tempat lain akan muncul dan berlarian di sekeliling kita.
Boleh jadi Sheikh Bin Baz menyatakan hal tersebut. Namun jika benar, maka itu karena ketidakfahaman beliau mengenai ilmu bumi dan antariksa. Dikabarkan pula bahwa setelah beliau memperoleh ilmu dan pemahaman lebih mengenai bumi dan juga setelah pertemuan beliau dengan astronot dari Arab Saudi, Pangeran Sultan bin Salman Al Saud, yang menyaksikan bumi berbentuk bulat dari ruang angkasa, beliau mengubah pandangan tersebut.
Berikut ini adalah petikan fatwa beliau terkait bentuk bumi yang bulat:
“Berdasarkan orang-orang berilmu, bumi bentuknya bulat. Bahkan, Ibnu Hazm dan ulama lainnya [di masa lampau, abad ke-9] telah menyatakan bahwa hal ini merupakan ijma’ dari para ulama. Artinya, semua permukaan bumi bersambungan satu sama lain sehingga bentuk dari planet ini adalah seperti bola.
Namun demikian, Allah telah menghamparkan, meluaskan permukaan bumi dalam hubungannya dengan [fungsinya terhadap] manusia. Dan Dia telah menempatkan gunung yang kokoh, lautan dan kehidupan sebagai rahmat bagi kita. Untuk alasan inilah, Allah berfirman: “Dan (tidakkah mereka melihat) kepada Bumi, bagaimana kami menghamparkannya (suthihat)?” [Surat Al Ghasiyyah: 20].
Dengan demikian, Bumi telah diratakan, dihamparkan bagi kita sehingga membantu kita dalam hidup di atasnya dan merasa nyaman. Fakta bahwa bumi berbentuk bulat tidak mencegah permukaannya dijadikan datar, terhampar, bagi manusia. Hal ini dikarenakan sesuatu yang bulat dan teramat besar maka permukaannya juga akan sangat luas dan terhampar, sehingga terlihat datar bagi yang berada di permukaannya.”
(Lihat fatwa versi bahasa arab)
Jadi, jelas sekali bahwa Sheikh Bin Baz yang menjadi rujukan kaum muslimin di Arab Saudi, yang mengerti dengan pasti bahasa arab dan bahasa Al Qur’an pun menyatakan bahwa para ulama sepakat mengenai bentuk bumi yang bulat.
Perkataan Sheikh Bin Baz ini sebenarnya mirip dengan apa yang disampaikan Sheikh Ibnu Taimiyah dalam Majmul Fatawa bahwa para ulama telah sepakat: bentuk bumi adalah bulat.
“[Bahwa] benda-benda angkasa berbentuk bulat – hal ini merupakan pernyataan dari ahli astronomi dan matematika – hal ini juga pernyataan dari para ulama kaum muslimin seperti: Abul-Hasal bin al-Manaadi, Abu Muhammad ibnu Hazm, Abul-Faraj ibnu al-Jawzi dan lainnya. Mereka berkata bahwa ulama Muslim menyepakati hal itu. Bahkan Allah ta’ala berfirman: Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Mereka semua bergerak dalam falak [garis edar]-nya. Ibnu Abbas berkata: Falak itu seperti roda berputar. Ibnu Taimiyah melanjutkan: Kata falak [dalam bahasa Arab] berarti sesuatu yang bulat, melingkar. Dari situlah arti kata tersebut [bagi orang Arab].”
Ibnu Hazm sendiri mendiskusikan bentuk bumi yang bulat dengan mengutip firman Allah pada surat Az Zumar: 5:
“Dia menjadikan malam menutupi siang, dan menutupkan siang kepada malam.”
Kata yang dipakai di dalam ayat Al Qur’an tersebut adalah yukawwiru yang arti harfiahnya: “menjadikan sesuatu saling menutupi”. Kata bahasa Arab kawwara ( كَوَّرَ ) berasal dari akar kata kurrah ( ÙƒÙرَة ) yang bermakna “bola” atau “bulat”.
Ibnu Hazm kemudian dikenal juga sebagai ahli astronomi dengan kajiannya mengenai bentuk bumi yang bulat. Ia menyatakan bahwa: “matahari selalu tegak lurus di suatu titik di permukaan bumi”. Bukti bulatnya bumi ini mengilhami generasi muslim selanjutnya, termasuk ahli geografi al-Idrisi (wafat 1166), yang menggambarkan dunia sebagai sebuah globe (bola dunia, lihat gambar di atas).
Sheikh Ar-Raazi, pengarang kitab Tafsir Ar-Raazi, berkata:
“Jika ada yang berkata: Bukankah ayat “Dan bumi bagaimana kami menghamparkannya” menunjukkan bahwa bumi itu datar?
Kami akan menjawab: Ya, karena bumi, meskipun ia berbentuk bulat, sangatlah besar bulatannya dan setiap bagian kecil dari bulatan raksasa ini, jika dilihat, akan nampak datar. Karena demikianlah keadaannya, semoga menghilangkan kebingungan mereka. Bukti lain adalah ayat Allah ta’ala yang berbunyi: “Dan gunung-gunung sebagai pasak” [an-Naba’, 78:7]. Allah menyatakan sebagai awtaad, pasak, meskipun gunung-gunung ini bisa jadi memiliki dataran yang amat luas. Dan persamaan ini [bentuk bumi atau gunung] adalah benar dalam masalah ini.”
Syaikh Al Sinqithi berkata:
“Jika para ulama Islam menetapkan bahwa bentuk bumi adalah bulat, lalu apa kata mereka mengenai ayat Allah berikut ini? “Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?” [Surat Al Ghasyiyah, 88:20]. Mereka akan menjawab sebagaimana tafsir mereka terhadap ayat Allah yang berbunyi: “Hingga, ketika ia mencapai tempat terbenam matahari, ia melihatnya terbenam dalam telaga yang hitam dan berlumpur airnya.” [Surat Al Kahfi, 18: 86]. Yaitu, seperti apa yang nampak oleh orang yang melihat, karena matahari terbenam di satu negeri, tetapi tetap bersinar di negeri lainnya, hingga esok hari terbit kembali. Demikian juga bumi terlihat datar di semua bagiannya karena ukurannya yang amat besar.
Hal ini tidak bertentangan dengan bentuk bumi yang sebenarnya [bulat]. Karena sama halnya dengan kita melihat gunung yang tinggi, tetapi saat kita mendakinya dan sampai di atas, kita menemukan dataran yang luas dan ada bangsa lain hidup di sana, atau bangsa yang tidak mengetahui apa pun di luar wilayahnya, atau lainnya.”
Lihatlah bagaimana para ulama menafsirkan ayat-ayat al Qur’an sangat sesuai dengan kenyataan ilmiah mengenai bentuk bumi atau hakikat peredaran matahari. Matahari tidak masuk ke dalam air hitam yang berlumpur, tetapi hanya terlihat seperti itu. Demikian juga bumi datar, hanya terlihat seperti itu. Matahari tetap bersinar di negeri lain saat terbenam di satu negeri. Dan bumi tetap berbentuk bulat meskipun terlihat datar bagi manusia yang melihatnya, karena ukuran manusia yang amat kecil dibandingkan bumi yang amat luas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa para ulama islam, yang mengerti bahasa arab, dan faham dengan ilmu bumi, geografi, astronomi, dan matematika, sepakat bahwa bentuk bumi adalah bulat.
[alert]Lihat juga: Benarkah Al Qur’an Menyatakan Bumi Datar?[/alert]
Secara hisab, Ijtima’ akhir Jumada al-Ula 1446 H terjadi hari Ahad, 1 Desember…
Berdasarkan hisab visibilitas hilal 1 Jumadil Awal 1446 H, bulan sabit pertama akan bisa diamati…
Kementerian Agama Republik Indonesia telah secara resmi merilis Kalender Islam 2025. Kemenag RI memberi tajuk…
Bulan Rabiul Akhir 1446 H ditandai dengan ijtimak siklus bulan ke-17.344 dalam kalender hijriyah yang…
Prosesi rukyatul hilal atau melihat hilal awal bulan Dzulhijah telah dilakukan di berbagai negara pada…
Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Arab Saudi kemarin petang waktu setempat, ditetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1445…
View Comments
ass. mas bisa nggak yah dalam tulisan anda diberikan refrensi mas agar enak untuk pengetahuan di persebar . terima kasih