Kasus penistaan Al Qur’an, atau penistaan terhadap umat Islam yang berdalil al Qur’an, yang dilakukan oleh Ahok memunculkan berbagai pandangan tentang bagaimana kaum muslimin harus bersikap. Ayat ke-51 surat al-Maidah yang menjadi obyek kasus seolah menjadi sinar yang memperlihatkan bentuk loyalitas (perwalian, awliya) kaum muslimin di Indonesia: siapa berada di pihak mana.
Terkait loyalitas ini, banyak beredar pula kisah-kisah nasehat yang menggugah kaum muslimin agar menetapkan loyalitasnya kepada kaum muslimin, kepada agama islam, kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan kepada kaum agama lain atau bahkan tuhan lain.
Salah satu kisah tersebut terkait dengan Nabi Ibrahim. Ada dua tokoh binatang yang menjadi ibrah (pelajaran) dari kisah dibakarnya Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud karena menegakkan tauhid, memurnikan penyembahan hanya kepada Allah semesta: Burung Pipit dan Cicak (Tokek).
Sebagian makhluk Allah yang menyaksikan pemandangan itu terheran-heran dan bertanya:
“Mengapa kamu bersusah-payah bolak-balik mengambil air, sedangkan kamu tahu api besar yang membakar Nabi Ibrahim takkan hilang dengan sedikit air yang kamu siramkan itu?“
Burung pipit pun menjawab dengan jawaban yang penuh hikmah:
“Walaupun aku tahu aku tidak akan mampu memadamkan api tersebut, namun aku telah berusaha menegakkan kebenaran dengan segenap kemampuanku. Aku telah menentukan di mana aku berpihak, menempatkan loyalitas dan pembelaanku.â€
Kisah Burung Pipit di atas disandingkan dengan sang Cicak (atau Tokek) yang dalam konteks pembakaran Nabi Ibrahim ia justru ikut meniup-niup api agar semakin panas dan besar. Itulah mengapa sebagian kaum muslimin mempercayai bahwa cicak atau tokek adalah binatang yang dianjurkan untuk dibunuh.
Anjuran tadi berdasarkan sebuah hadits berikut dan beberapa lainnya yang senada:
Dari Ummu Syarik –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata,
عَنْ Ø£Ùمّ٠شَرÙيك٠– رضى الله عنها أَنَّ رَسÙولَ اللَّه٠– صلى الله عليه وسلم – أَمَرَ بÙقَتْل٠الْوَزَغ٠وَقَالَ « كَانَ يَنْÙÙخ٠عَلَى Ø¥ÙبْرَاهÙيمَ عَلَيْه٠السَّلاَم٠»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak (wazagh). Beliau bersabda, “Dahulu cicak ikut membantu meniup api (untuk membakar) Ibrahim ‘alaihis salam.†(HR. Bukhari, no. 3359)
Dalam konteks ini, cicak ditempatkan sebagai tokoh yang berada di pihak yang zhalim, pihak yang melawan kebaikan dan kebenaran islam.
Dalam kasus penistaan al Qur’an oleh Ahok, terlihat semakin jelas pihak mana yang memiliki loyalitas kuat terhadap islam seperti sang Burung Pipit dan pihak mana yang memiliki loyalitas kepada orang di luar islam atau bahkan sang penista agama.
Secara hisab, Ijtima’ akhir Jumada al-Ula 1446 H terjadi hari Ahad, 1 Desember…
Berdasarkan hisab visibilitas hilal 1 Jumadil Awal 1446 H, bulan sabit pertama akan bisa diamati…
Kementerian Agama Republik Indonesia telah secara resmi merilis Kalender Islam 2025. Kemenag RI memberi tajuk…
Bulan Rabiul Akhir 1446 H ditandai dengan ijtimak siklus bulan ke-17.344 dalam kalender hijriyah yang…
Prosesi rukyatul hilal atau melihat hilal awal bulan Dzulhijah telah dilakukan di berbagai negara pada…
Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Arab Saudi kemarin petang waktu setempat, ditetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1445…
View Comments
Subhanallah sungguh inspiratif kisah burung pipit dan cicak , soal kasus penistaan agama itu banyak pula yang diam, karena dibalik itu ada motif politik saling menjatuhkan, sehingga kasus itu tidak murni.