Bolehkah Sholawat Nabi Pakai Sayyidina Muhammad?

kaligrafi arab muhammad shallallahu 'alaihi wassalaam.

Kaligrafi arab Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalaam.

Membaca sholawat Nabi, yang berarti menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. atau mendoakan keselamatan dan kesejahteraan kepada beliau, merupakan amal shalih yang amat dianjurkan bagi setiap muslim. Namun, sebagian orang mempermasalahkan bagaimana seharusnya bacaan shalawat Nabi tersebut, baik ketika dibaca di dalam sholat maupun di luar itu. Yang paling sering dipermasalahkan adalah boleh atau tidak menggunakan kata “Sayyidina Muhammad” sebagai pengganti kata “Muhammad” saja.

Berikut ini adalah nukilan dari tulisan seorang saudara kita mengenai bacaan sholawat Nabi menggunakan kata “sayyidina Muhammad”

***

Ada yang bertanya kepadaku: “Ketika tasyahud boleh nggak pake kata sayyidina?”

Saya jawab: “boleh pake boleh juga tidak. Yang tidak boleh itu yang menyalahkan yang pake sayyidina”.

“Yang tidak pake sayyidina berdalil dengan imtisal atau menjalankan hadits Nabi. Sementara yang pake sayyidina berdalil dengan adab”.

Memang benar, Nabi mengajarkan bacaan tasyahud kepada Sahabat tanpa kata sayyidina, karena ketawadhuannya dan tidak suka berbangga diri. Ini dilihat dari sisi Nabi loh ya. Kalau dilihat dari sisi kita sebagai umatnya maka wajib bagi kita bersopan santun dan menghormati beliau saat menyebut namanya sebagaimana firman Allah QS. An-Nur 63:

“Janganlah kau samakan panggilan ke Rasul dengan panggilan kepada sesamamu!”

لا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا

Narasi ini dikuatkan juga oleh sabda beliau:

أنا سيد ولد آدم ولا فخر

“Aku adalah tuan (sayyid) manusia tanpa bangga diri”

Hadis ini mengajarkan bahwa beliau mengakui kalau dirinya adalah sayyid tapi nggak pake sombong.

Beliau juga pernah menyuruh suatu kaum agar berdiri saat pemimpin mereka datang.

قوموا إلى سيدكم (سعد بن معاذ)

Belum lagi kalau kita mengamalkan qaul Sahabi yaitu Ibnu Masud yang berkata:

أحسنوا الصلاة على نبيكم

“Perbagus shalawatmu atas nabimu!”

Ini adalah suatu pengajaran dari Ibnu Masud agar umatnya ketika memanjatkan shalawat dengan seindah-indah diksi dan redaksi dan juga beradab.

Kaligrafi Lukisan Nabi Muhammad

Kaligrafi Lukisan Nabi Muhammad.

Oleh karena itu Imam As-Sakhawi dan Al-Mahalli dan lainnya sepakat bahwa menggunakan “sayyidina” dalam tasyahud lebih baik untuk dibaca daripada ditinggalkan karena:

فيه الإتيان بما أمرنا به وزيادة الإخبار بالواقع الذي هو أدب

“Menjalankan perintah plus bersopan santun kepada Nabi”

Gampangnya: Masak iya kita memanggil orang tua kita langsung namanya?! Misalnya, orang tua kita bernama “Hasan” trus kita panggil “Hei Hasan”. Kan untuk menghormatinya kita pake kata “Pak, Bi, Ba, Pa, Pi, Ded etc”.

Sebagai penutup, yuk kita simak petuah Ibnu Athaillah dalam kitab Miftahul Falah:

وإياك أن تترك لفظ السيادة ففيه سر يظهر لمن لازم هذه العبادة

“Awas jangan sampai kau tinggalkan kata sayyidina! karena di dalamnya ada rahasia yang tampak bagi orang yang membiasakan membaca shalawat”.

Apakah rahasianya? Ya rahasia.

Dan kelompok yang paling konsisten menyandingkan sayyidina sebelum kata Muhammad adalah para sufi, salik, dan ahli tarekat baik saat adzan, shalat, baca kitab dan lain-lain.

اللهم صل على سيدنا محمد

AIZ

***

Demikianlah sebuah tulisan mengenai rahasia dan adab tata cara bershalawat atas Nabi Muhammad menggunakan kata sayyidina. Mana saja yang anda pilih: pakai sayyidina atau tidak pakai sayyidina, anda sudah tahu ilmunya. Semoga bermanfaat.

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

Tinggalkan Balasan