Aksi “Reuni Akbar Mujahid 212” di Monas, Jakarta pada tanggal 2 Desember 2018 sukses mengumpulkan massa yang memenuhi seluruh tempat di seputar Monumen Nasional dan jalan-jalan yang terhubung ke pusat acara. Jumlah peserta “Reuni 212” tahun 2018 ini diperkirakan lebih banyak daripada “Aksi Bela Islam” 2 tahun sebelumnya yang menjadi cikal bakal gerakan 212 dan juga aksi serupa di tahun 2017.
Meskipun dari sisi tujuan Reuni 212, jumlah peserta aksi bukan merupakan tujuan utama, namun banyaknya orang yang datang dan perpartisipasi dalam acara seperti ini menjadi indikator dari dukungan massa terhadap pesan dan ajakan dari “Reuni Akbar Mujahid 212”. Kemeriahan dan banyaknya peserta juga menunjukkan masih didengarnya seruan dari para ulama yang menjadi penggagas dan panitia aksi oleh khalayak umum.
Seperti 2 aksi 212 sebelumnya, terjadilah saling klaim mengenai jumlah peserta yang datang. Mereka yang berada di pihak panitia biasanya menyatakan bahwa jumlah peserta yang hadir di Monas pada “Reuni Akbar Mujahid 212” mencapai jutaan orang. Bahkan ada yang mengklaim hingga 7 juta. Jumlah yang sangat fantastis. Namun di sisi yang berseberangan, dari pihak yang tidak menyukai atau tidak mendukung acara ini, mereka berusaha mengecilkan jumlah peserta dengan berbagai pernyataan. Misalnya, salah satu tokoh nasional menyatakan bahwa jumlah peserta “Reuni Akbar Mujahid 212” yang di Monas tidak lebih dari 65.000 orang setelah membandingkan dengan catatan resmi rekor dunia peserta tari Poco-poco beberapa bulan silam.
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita tidak bisa memastikan sebagaimana peserta tari Poco-poco yang memang di daftar secara rapi. Namun dengan bekal pengetahuan ilmiah, sebenarnya kita bisa memperkirakan jumlah peserta dengan angka yang lebih masuk akal dan bisa diterima nalar.
Menurut penelitian ilmiah Prof. Dr. G Keith Still mengenai kerapatan kerumunan orang (crowd density), dalam acara semacam demo atau konser, para peserta yang berdiri hadir dalam acara akan memiliki kerapatan jumlah orang sebesar 5 orang per meter persegi. Ini adalah batas atas yang normal. Kerapatan kerumunan orang bisa jadi tidak seragam di setiap tempat berkumpulnya. Ada yang lebih rapat, misalnya di dekat panggung utama, bisa juga lebih renggang di tempat lain.
Dengan bekal hasil penelitian ilmiah mengenai kerapatan orang yang berdiri dalam kerumunan atau acara demonstrasi semacam ini, maka kita bisa memperkirakan jumlah orang yang datang pada acara dengan mengetahui luas wilayah atau tempat yang dipakai sebagai tempat berkumpul massa.
Tentu saja menghitung luas ini juga tidak gampang. Jika tempatnya di gedung atau tempat yang dibatasi oleh pembatas yang jelas seperti di lapangan dan stadion, maka luas tempat akan mudah dihitung. Namun jika tempatnya adalah ruang terbuka seperti Monas dengan jalan-jalan yang terhubung, maka menghitung luasnya akan lebih memerlukan usaha. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan citra satelit atau peta yang akurat sehingga luas wilayah bisa dihitung dari citra tersebut.
Ada beberapa aplikasi atau software yang bisa digunakan untuk menghitung luas wilayah dari citra satelit. Ada pula layanan online berdasarkan Peta Google yang bisa kita pakai untuk menghitung luas daerah atau wilayah tertentu dengan membuat batas wilayah di atas peta yang kita inginkan.
Setelah kita mengetahui luas wilayah yang digunakan oleh massa atau peserta “Reuni Akbar Mujahid 212” tahun 2018 di Monas, maka langkah selanjutnya adalah mengalikan luas wilayah dalam meter persegi dengan kerapatan kerumunan orang hasil penelitian ilmiah di atas.
Sebagai contoh, pada gambar di bawah ini, wilayah hijau adalah wilayah yang ditempati oleh para peserta “Reuni Akbar Mujahid 212” di sekitar Monas pada 2 Desember 2018 kemarin. Wilayah ini belum termasuk beberapa ruas jalan yang berada di sekitarnya yang menurut berita juga ditempati massa aksi yang tidak tertampung di sekitar Monas. Dikabarkan massa aksi bahkaan mengular sampai Sarinah di Jalan M.H Thamrin, hingga wilayah Cempaka Putih, Tugu Tani dan Senen.
Dari hasil perhitungan wilayah hijau di sekitar Monas saja diperoleh luas areal sekitar 200.000 meter persegi. Hitungan luas ini, tidak jauh berbeda dengan perkiraan dari beberapa orang lain yang menggunakan metode berbeda. Maka, jika kepadatan peserta Aksi 212 adalah sekitar 5 orang per m2, total peserta di wilayah arsiran hijau di atas adalah sebesar 1 juta orang. Namun ingat, angka 5 orang/m2 adalah batas atas (amat padat atau berdesak-desakan). Jika kita menggunakan rata-rata 3 orang per m2, maka jumlah peserta adalah 600.000 orang. Jadi, untuk wilayah yang diarsir di atas, bisa disimpulkan bahwa jumlah peserta aksi adalah 600 ribu hingga 1 juta orang.
Selanjutnya, kita harus memperhitungkan juga jumlah peserta di luar wilayah yang telah kita hitung di atas. Jika kita asumsikan bahwa peserta aksi di luar area di atas adalah separo dari jumlah orang di sekitar Monas, maka jumlah total peserta aksi reuni 212 adalah sekitar 900.000 hingga 1,5 juta orang.
Demikian sedikit ulasan tentang bagaimana kita bisa memperkirakan jumlah peserta aksi atau demonstrasi di suatu wilayah terbuka berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah.
Wallahu a’lam.
Berdasarkan hisab visibilitas hilal 1 Jumadil Awal 1446 H, bulan sabit pertama akan bisa diamati…
Kementerian Agama Republik Indonesia telah secara resmi merilis Kalender Islam 2025. Kemenag RI memberi tajuk…
Bulan Rabiul Akhir 1446 H ditandai dengan ijtimak siklus bulan ke-17.344 dalam kalender hijriyah yang…
Prosesi rukyatul hilal atau melihat hilal awal bulan Dzulhijah telah dilakukan di berbagai negara pada…
Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Arab Saudi kemarin petang waktu setempat, ditetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1445…
Secara hisab Ijtima’ akhir Ramadhan 1445 H. terjadi hari Selasa, 9 April 2024 M, pukul…