Paling Sering Dilihat

  • Kalender Islam NU Tahun 2023 – Versi PDF (84,248)
    Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) telah menerbitkan Kalender Islam Tahun 2023 M yang mendasarkan tanggal-tanggal islam dengan hisab imkanur rukyat sesuai kriteria MABIMS yang baru (Kriteria 364). NU memberi tajuk kalender ini sebagai: "Almanak 2023 (1444/1445 H)". Kalender ini meliputi… <a href="https://blog.al-habib.info/id/2018/02/ibu-anti-vaksin-ketujuh-anaknya-terserang-pertusis/" class="more-link">Continue Reading <span class="meta-nav">→</span></a>
  • Koleksi Kata Mutiara Islam Bertambah (50,186)
    Widget "Kata Mutiara Islam Harian" yang diluncurkan bebarapa waktu lalu, alhamdulillah, cukup mendapat hati dari para pengunjung. Ia telah digunakan oleh lebih dari 1000 orang hingga saat ini. Hari ini saya berkesempatan menambah koleksi kata mutiara yang akan ditampilkan pada… <a href="https://blog.al-habib.info/id/2018/02/ibu-anti-vaksin-ketujuh-anaknya-terserang-pertusis/" class="more-link">Continue Reading <span class="meta-nav">→</span></a>
  • Pin Foto Nabi MuhammadMelacak Asal-usul Foto Nabi Muhammad (47,468)
    Pada Oktober tahun 2009 yang lalu, kaum muslimin di Indonesia sempat digemparkan dengan berita beredarnya pin bergambar sosok yang diberidan dikatakan sebagai Nabi Muhammad. Pin yang beredar di Makassar, Sulawesi Selatan itu menampilkan gambar pasfoto seorang pemuda arab… <a href="https://blog.al-habib.info/id/2018/02/ibu-anti-vaksin-ketujuh-anaknya-terserang-pertusis/" class="more-link">Continue Reading <span class="meta-nav">→</span></a>
Categories: Sains

Ibu Anti-Vaksin, Ketujuh Anaknya Terserang Pertusis

Ini adalah kisah Tara Hills, seorang ibu yang tinggal di Canada, mengenai perubahan sikapnya terhadap imunisasi atau vaksinasi. Berita asli bisa dilihat di sini.

Ya, Tara Hills harus terisolasi di rumahnya sendiri di Ottawa, Kanada, selama lebih dari seminggu bersama dengan 6 orang anaknya serta penyesalannya karena menolak imunisasi pertusis yang amat menular.

Pertusis dikenal juga sebagai batuk rejan, atau batuk 100 hari, merupakan infeksi dari kuman bakteri, menyebabkan batuk yang hebat dan tidak terkontrol serta ditandai dengan suara khas korbannya saat mencoba menarik nafas. Kadangkala, penyakit ini mengakibatkan kehilangan nyawa, terutama pada bayi di bawah satu tahun, demikian penjelasan dari Pusat Penyembuhan dan Pencegahan Penyakit Amerika.

Setelah memperoleh pengobatan dengan pemberian anti biotika, barulah Tara dan keluarganya bisa keluar dari isolasi.

“Saya selalu yakin bahwa kami benar,” kata Tara dalam sebuah wawancara dengan Washington Post. “Namun dalam prosesnya, kami menemukan betapa salahnya diri kami.”

Dalam tulisannya di TheScientificParent.org, Tara mengungkapkan berbagai alasan yang membuat orang ragu atau tidak percaya dengan imunisasi. Ia dan suaminya mengikutkan tiga anak mereka yang pertama dalam program imunisasi meskipun belum lengkap. Untuk keempat anak mereka selanjutnya, tidak ada yang diimunisasi.

“Kami berhenti [dari imunisasi] karena takut dan tidak tahu siapa yang harus dipercaya.” “Apakah masyarakat medis itu cuma boneka bayaran dari konspirasi Perusahaan Farmasi Besar – Pemerintah – dan Media Massa? Apakah vaksin-vaksin ini diperlukan di jaman sekarang ini? Apakah kita tanpa sadar lebih membahayakan anak-anak tersayang kita? Tak ada asap jika tidak ada api, maka kami akhirnya memilih sikap: ‘tak melakukan apapun dan berharap semua akan baik-baik saja.'”

Namun saat wabah kecil campak muncul di dekat tempat tinggal mereka, Tara amat khawatir. “Saya mempelajari lagi mengenai sains dan bukti-bukti terkait ketahanan massal (herd immunity) dan menemukan dirinya terbalut dengan rasa tanggung jawab yang amat nyata di hadapan Tuhan dan manusia. Saya temui dokter keluarga dan menyusun jadwal imunisasi lanjutan untuk anak-anak mereka,” demikian tulis Tara.

Namun, sebelum rencana itu terlaksana, ketujuh anaknya jatuh sakit terkena infeksi batuk rejan atau pertusis. Padahal, vaksin untuk pertusis telah tersedia di Kanada selama 70 tahun terakhir.

“Saat ini keluarga kami menerima akibat dari salah informasi dan kekhawatiran,” tulis Tara Hills. “Saya faham bahwa keluarga lain di sekitar kami bisa jadi marah kepada kami karena menempatkan anak-anak mereka dalam resiko [tertular penyakit]. Saya ingin mereka tahu bahwa kami hanya mencoba hal terbaik untuk melindungi anak-anak kami saat kami takut akan imunisasi. Kini kami juga berusaha yang terbaik, demi kebaikan semua orang, untuk melengkapi imunisasi anak-anak kami.”

Semoga bermanfaat.

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

Recent Posts

Foto-foto Bulan Sabit (Hilal) 1 Syawal 1446 H Dari Berbagai Negara

Bulan Syawal 1446 H secara resmi telah diumumkan kapan awalnya oleh berbagai negeri kaum muslimin.…

2 bulan ago

Kumpulan Foto Hilal (Bulan Sabit) 1 Ramadan 1446 H dari Seluruh Dunia

Ahlan wa sahlan yaa Ramadan! Selamat datang bulan Ramadan, bulan penuh ganjaran dan berkah. Hilal…

3 bulan ago

Kapan 1 Ramadhan 1446 H Dimulai?

Secara hisab Ijtima’ akhir Syaban 1446 H terjadi hari Jum'at, 28 Februari 2025 M pukul…

3 bulan ago

Foto-foto bulan sabit (hilal) 1 Sya’ban 1446 H

Sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan sebelumnya, hilal atau bulan sabit 1 Sya'ban 1446 H akan…

4 bulan ago

Kapan 1 Sya’ban 1446 H Dimulai? Informasi Awal Bulan Hijriyah

Secara hisab Ijtima’ akhir Rajab 1446 H terjadi hari Rabu, 29 Januari 2025 M pukul…

4 bulan ago

Informasi Kapan 1 Rajab 1446 H (2025 M)

Bulan Rajab adalah bulan ke-7 dalam kalender Islam dan memiliki sejumlah keistimewaan. Untuk itu, kapan…

5 bulan ago