Peristiwa gerhana matahari merupakan fenomena alam yang Allah tetapkan untuk terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Gerhana matahari, meskipun cukup sering terjadi, namun jika dilihat pada satu tempat, satu kota, merupakan peristiwa langka. Karena itulah, terjadinya gerhana matahari di suatu tempat bisa dijadikan patokan untuk menentukan tanggal terjadinya suatu peristiwa.
Di dalam beberapa hadits disebutkan kejadian gerhana matahari di era hidup Nabi Muhammad saw. Salah satunya adalah yang terkait dengan peristiwa meninggalnya salah satu putra Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim. Putra Nabi ini meninggal saat Nabi sudah berhijrah ke Madinah. Di dalam hadits tidak disebutkan tanggal terjadinya kematian tersebut. Namun dengan informasi ini, kita bisa melacak tanggal berapa kematian Ibrahim ini terjadi.
Al-Mughirah bin Syubah berkata, “Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah pada hari meninggalnya Ibrahim. Orang mengatakan, ‘Matahari gerhana karena meninggalnya Ibrahim.’ Lalu Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya matahari dan bulan (adalah dua dari tanda tanda kebesaran Allah 2/30). Keduanya tidak gerhana karena meninggal atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka shalatlah (gerhana) dan berdoalah kepada Allah sehingga ia menjadi cerah kembali.'”
[HR Bukhari dalam kitab Kusuf terkait disunahkannya sholat gerhana ketika peristiwa gerhana matahari terjadi]
Berikut ini adalah kutipan dari analisa gerhana matahari di era Nabi saw oleh Ma’rufin Sudibyo di blognya (dengan sedikit perubahan):
Gerhana yang terjadi pada saat wafatnya Ibrahim adalah Gerhana Matahari. Analisis astronomi, dengan menelaah Five Millenium (-1999 to +3000) Canon of Solar Eclipse Database memperlihatkan satu-satunya peristiwa Gerhana Matahari yang terjadi pada masa Rasulullah SAW tinggal di Madinah hingga wafatnya adalah Gerhana Matahari Cincin 27 Januari 632 TU.
Kota suci Madinah dan sekitarnya menjadi bagian dari wilayah gerhana ini, tepatnya bagian dari zona penumbranya. Yang terlihat di Madinah hanyalah gerhana sebagian. Dari kota suci Madinah dan lingkungan sekitarnya, gerhana ini akan dapat dilihat hanya dalam beberapa saat pasca terbitnya Matahari.
Basisdata di atas memperlihatkan bahwa awal gerhana di kota suci Madinah dan sekitarnya terjadi pada pukul 07:16 waktu setempat, saat Matahari hanyalah setinggi 0,9º dari horizon timur. Puncak gerhana terjadi pada pukul 08:29 waktu setempat, saat Matahari sudah setinggi 16,0º dari horizon timur.Dan gerhana berakhir pada pukul 09:54 waktu setempat kala Matahari sudah berkedudukan cukup tinggi, yakni 31,8º dari horizon timur. Persentase penutupan cakram Matahari di saat puncak gerhana mencapai 76,4 %. Sehingga intensitas sinar Matahari yang tiba di kota suci Madinah dan sekitarnya tinggal 24 % saja dari normalnya pada saat puncak gerhana. Situasi ini jelas membuat suasana menjadi remang-remang yang mudah diindra oleh orang-orang.
Konversi kalender memperlihatkan tanggal 27 Januari 632 TU bertepatan dengan tahun 10 H, yakni tahun terjadinya haji wada’ (haji perpisahan). Dalam haji wada’ itu Rasulullah SAW menerima sejumlah wahyu, salah satunya adalah perintah untuk menjadikan kalender Umat Islam (yang dikemudian hari dinamakan kalender Hijriyyah) sebagai kalender lunar murni, kalender yang sepenuhnya berbasis pergerakan Bulan. Sehingga setahun kalender Hijriyyah selalu terdiri dari 12 bulan tanpa ada lagi interkalasi (bulan kabisat atau bulan sisipan) yang dipraktikkan sebagai Naasi’ seperti sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa tahun 10 H terdiri dari 12 bulan saja seperti tahun-tahun berikutnya sehingga 27 Januari 632 TU ekivalen dengan 29 Syawwal 10 H. Tarikh ath-Thabari menyebutkan Ibrahim lahir di sekitar bulan Zulhijjah 8 H, demikian halnya menurut Ibn Katsir dengan mengutip Ibn Saad. Maka pada saat wafatnya, Ibrahim berusia 21 bulan, angka yang sesuai dengan Tarikh ath-Thabari.
Sepanjang masa kenabiannya, Rasulullah SAW bersua dengan sembilan peristiwa Gerhana Matahari. Yakni empat Gerhana Matahari Total dan lima Gerhana Matahari Cincin. Lima peristiwa Gerhana Matahari terjadi tatkala Rasulullah SAW masih tinggal di kota suci Makkah, sementara empat lainnya terjadi setelah berhijrah ke kota suci Madinah.
Tabel Gerhana Matahari di Masa Hidup Nabi Muhammad
Saat tinggal di kota Mekah
No. | Tanggal | Jenis Gerhana | Tahap Gerhana | Besaran Gerhana | Kemungkinan Terlihat | ||
Awal | Puncak | Akhir | |||||
1 | 23 Juli 613 | Total | 07:03 | 08:12 | 09:32 | 92.50% | Sangat besar |
2 | 21 Mei 616 | Cincin | 07:12 | 08:25 | 09:52 | 74.10% | Sangat besar |
3 | 4 November 617 | Cincin | 08:48 | 10:20 | 12:07 | 50.30% | Besar |
4 | 2 September 620 | Total | 07:06 | 08:10 | 09:23 | 71.90% | Sangat besar |
Saat tinggal di kota Madinah
No. | Tanggal | Jenis Gerhana | Tahap Gerhana | Besaran Gerhana | Kemungkinan Terlihat | ||
Awal | Puncak | Akhir | |||||
1 | 21 April 624 | Total | 10:33 | 10:57 | 11:22 | 1.50% | Mustahil |
2 | 3 Oktober 628 | Cincin | 06:19 | 06:28 | 06:58 | 4.60% | Mustahil |
3 | 27 Januari 632 | Cincin | 07:16 | 08:29 | 09:54 | 76.40% | Sangat besar |
Dan seluruh peristiwa gerhana tersebut menjadikan kota suci Makkah dan Madinah hanya sebagai bagian dari zona penumbra saja. Namun dari tujuh Gerhana Matahari tersebut, kemungkinan besar hanya lima diantaranya yang benar-benar bisa diindra oleh orang-orang pada saat itu. Karena hanya kelima Gerhana Matahari inilah yang memiliki nilai persentase tutupan cakram Matahari yang cukup besar pada saat puncak gerhana terjadi. Dari kelimanya hanya satu yang terjadi pada saat Rasulullah SAW sudah tinggal di kota suci Madinah, yakni Gerhana Matahari Cincin 27 Januari 632 TU. Sementara empat lainnya, masing-masing Gerhana Matahari Total 23 Juli 413 TU, Gerhana Matahari Cincin 21 Mei 616 TU, Gerhana Matahari Cincin 4 November 617 TU dan Gerhana Matahari Total 2 September 620 TU terjadi tatkala Rasulullah SAW masih tinggal di kota suci Makkah.