Mutiara Islam dari Ibnul Qayyim Agar Jauh dari Maksiat

mutiara-islam-hapus-maksiat Berikut ini adalah kata-kata mutiara islami dalam bentuk sepuluh nasihat Ibnul Qayyim ra untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:

1. Sadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat itu.

Dan hendaknya dia memahami bahwa apapun bentuk ibadah yang diperintahkan Allah, itu hanyalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Dan apapun bentuk larangan-Nya karena Allah sayang kepada makhluk-Nya.

2. Merasa malulah kepada Allah SWT.

Konsep ihsan seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW. “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu.”

3. Jagalah nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan ingat-ingatlah perbuatan baik-Nya kepadamu.

Konsep syukur sebagaimana yang disebutkan dalam Qur’an Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7). Apabila engkau berlimpah nikmat maka jagalah, karena maksiat akan membuat nikmat hilang dan lenyap.

4. Takutlah kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya

Sebagaimana dinyatakan dalam Qur’an “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. Ali Imran : 175)

5. Cintailah Allah SWT.

Karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya. Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31) Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya motivasi cinta.

6. Jagalah kemuliaan dan kesucian diri serta peliharalah kehormatan dan kebaikannya.

mutiara-islam-Jauhi-Maksiat-Walau-Terlihat-Nikmat

7. Milikilah kekuatan ilmu.

Memahami tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat, betapa jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah-gulana yang menyelimuti diri karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati.

8. Pupuslah buaian angan-angan yang tidak berguna.

Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.

9. Jauhilah sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian.

Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah waktu senggang dan lapang yang dia miliki karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan. Sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.

10. Kokohkanlah keimanan.

Benteng terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati. Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah. Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

Tinggalkan Balasan