Pemerintah Arab Saudi biasa menggunakan metode rukyatul hilal – melihat langsung bulan sabit – untuk menentukan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Namun, seringkali keputusan mereka ‘mengejutkan’ para praktisi astronomi, ilmu falak, seluruh dunia. Tidak jarang mereka melaporkan bahwa hilal terlihat di Arab Saudi ketika semua ahli astronomi sangat yakin bahwa bulan sabit tak akan bisa dilihat di hari tersebut di sana karena rendahnya ketinggian dan jaraknya dengan matahari.
Banyak yang bertanya-tanya akan keshahihan laporan rukyatul hilal Saudi tersebut. Apakah ini hanya rekayasa, ataukah memang ada orang yang benar-benar mengaku melihat. Jika ada orang yang melaporkan, siapakah sebenarnya orang yang bisa melihat hilal pada kondisi sulit atau bahkan mustahil dilihat secara astronomis ini?
Sebuah informasi dari Saudi Gazette menengarai seorang yang bernama Abdullah bin Muhammad Al-Khudhairi (عبدالله بن Ù…Øمد الخضيري) sebagai salah satu sumber laporan rukyatul hilal di Arab Saudi. Ia disebutkan sebagai “ahli rukyatul hilal” dan telah memberikan laporan kepada Mahkamah Agung Saudi selama 30 tahun terakhir. Ia biasa melihat hilal beberapa hari di akhir bulan qomariyah sebelumnya. Sebuah dataran tinggi bernama Houtat Sudair sekitar 140 km dari Riyadh biasa menjadi tempat observasi hilal baginya. Ia menyatakan bahwa untuk Ramadhan diperlukan seorang saksi yang melihat bulan sabit, sementara untuk Syawal dua orang.
Informasi lain dari blog Muftisays menyatakan bahwa kesaksian Abdullah Al-Khudhairi telah diterima oleh pemerintah Saudi selama 10 tahun terakhir. Namun, tim resmi Komite Hilal pemerintah yang juga mencoba melihat hilal di daerah yang sama selama bertahun-tahun gagal melihat hilal dan tidak bisa mengkonfirmasi kesaksian Al-Khudhairi.
Pada penentuan awal bulan Ramadhan 1435 H tahun ini, seorang anggota Komite Hilal pemerintah menemani Al-Khudhairi mencari hilal di petang hari Jum’at, 27 Juni 2014. Matahari pada saat itu sudah tak terlihat sebelum tenggelam karena atmosfer yang berdebu di ufuk barat. Karena itu pula, bulan pun terhalang oleh debu tersebut dan Al-Khudhairi tidak bisa memberikan kesaksiaan. Alhasil Saudi pun mengumumkan bahwa awal puasa Ramadhan tahun ini adalah tanggal 29 Juni 2014.
Sebuah pengumuman yang cukup ‘mengejutkan’ karena biasanya Saudi lebih cepat sehari mengawali puasa dibandingkan pemerintah Indonesia.
Akankah Al-Khudhairi bisa memberikan kesaksian rukyatul hilal untuk awal bulan Syawal mendatang? Secara astronomis, sangat sulit bahkan cenderung mustahil bulan sabit bisa terlihat di Saudi pada petang hari Ahad, 27 Juli 2014 (lihat peta di bawah). Jika sang ahli rukyat ini ternyata bisa melihat hilal pada saat itu, maka Saudi akan berlebaran pada hari Senin, jika tidak, maka para astronom akan lega karena Saudi mengikuti kaidah ilmiah dan berlebaran pada hari Selasa, 29 Juli 2014.
Kita tunggu.