Hadits-hadits lemah seputar Ramadhan

Beberapa hadits yang akan tertulis di bawah ini cukup terkenal di kalangan umas Islam dan banyak umat Islam yang menggunakan hadits tersebut sebagai pegangan (hujjah). Apa yang saya sampaikan di sini hanya sekadar mengingatkan bahwa haditshadits dha’if tidak sepantasnya digunakan untuk berhujjah.

Hadits 1:

Bulan Ramadhan itu permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan), dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.

Status: Hadits munkar.

Diriwayatkan oleh Al ‘Uqaili dalam Adh Dhu’afa (172), Ibnu
Adi (1/165), Al Khatib dalam Al Muwadhdhih (2/77), Ad Dailami (1/1/10-11), Ibnu ‘Asakir (8/506/1), dari jalan Sallam bin Siwar dari Maslamah bin Ash Shalt dari Az Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah secara marfu’.

Hadist 2:

“Shalat Jum’at di Madinah seperti seribu shalat di tempat lain, dan puasa bulan Ramadhan di Madinah seperti puasa seribu bulan di tempat lain.”

Hadits -dengan lafadz seperti. ini- adalah maudhu’ (palsu).

Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam Minhajul Qashidin 1/57/2 dan dalam Al llal Al Wahiyah 22/86-87, dan Ibnu An Najjar dalam Ad Durar Ats Tsaminah Fi Tarikh Al Madinah
(337), dari jalan Umar bin Abu Bakar Al Mushili dari Al Qasim bin Abdullah dari Katsir bin Abdullah bin ‘Amr bin ‘Auf dari Na’ dari Ibnu Umar secara marfu’.

Hadist 3:

Dari Anas berkata, Nabi pernah ditanya, “Puasa apa yang paling utama setelah Ramadhan?” Beliau menjawab, “(Puasa) Sya’ban untuk mengagungkan Ramadhan.” Beliau ditanya lagi, “Shadaqah manakah yang lebih utama?” Beliau
menjawab, “Shadaqah di bulan Ramadhan.”

Hadits dha’if.

Diriwayatkan oleh At Turmudzi 1/129, Abu Hamid Al Hadhrami dalam haditsnya, dan dari jalannya Al Hazh Al Qasim bin AI Hazh Ibnu Asakir meriwayatkan dalam Al Amal(majiis 47/2/2) dan Adh Dhiya’ Al Maqdisi dalam AlMuntaqa Minal Masmu’at Bi Marwu7/1 dari jalan  Shadaqah bin Musa dari Tsabit dari Anas 4

Hadist 4:

Dari lbnul Musayyib, ia pernah ditanya tentang puasa (Ramadhan) pada waktu safar, maka ia bercerita bahwa Umar bin Al Khaththab berkata, “Kami berperang bersama Rasulullah di bulan Ramadhan dua kali, pada perang Badar dan fathu Makkah, dan kami berbuka pada dua waktu tersebut.”

Hadits ini sanadnya dha’if.

Diriwayatkan oleh At Turmudzi no. 714. 9 Pada sanadnya terdapat periwayat bernama Ibnu Lahi’ah, seorang yang shaduq, tapi menjadi kacau hafalannya setelah buku-bukunya terbakar. Tapi riwayatnya dari Ibnul Mubarak dan Ibnu Wahb bisa diterima. 10

Dalam bab ini, ada juga riwayat dari Abu Said Abu’Isa berkata, “Kami tidak mengetahui hadits Umar kecuali dari jalur ini. Dan telah diriwayatkan dari, Abu Sa’id Al Khudri dari Nabi, bahwa beliau memerintahkan untuk berbuka pada saiah satu peperangan yang beliau ikuti. Dan telah diriwayatkan dari Umar pula serupa dengan hadits ini, hanya saja disebutkan keringanan untuk berbuka, ketika berhadapan dengan musuh. Dan ini merupakan pendapat sebagian ulama.” 11

Hadits 5:

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berbuka satu hari pada (siang hari) Ramadhan tanpa ada sebab keringanan atau sakit, maka tidak bisa diganti meski dengan puasa sepanjang masa.”

Hadits dha’if.

Diriwayatkan oleh At Turmudzi no. 723, Abu Daud no. 2396, dan Ibnu Majah no. 1672.

Hadist 6:

“Jika datang malam pertama bulan Ramadhan, Allah melihat kepada makhlukNya, dan jika Allah telah melihat hambaNya, maka Allah tidak akan mengadzabnya untuk selamanya, di setiap malam dan Allah memiliki satu juta jiwa yang dibebaskan dari api neraka.”

Hadits maudhu’ (palsu).

Hadist 7:

“Ketahuilah, aku kabarkan kepada kalian, bahwa malaikat yang paling utama adalah Jibril nabi yang paling utama adalah Adam hari yang paling utama adalah hari Jum’at , bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan, malam yang paling utama adalah malam lailatul qadar, dan wanita yang paling utama adalah Maryam binti lmran.”

Hadits maudhu’ (palsu).

Dan Nabi yang paling utama adalah Muhammad, berdasarkan hadits shahih, “Aku adalah penghulu manusia pada hari kiamat… ” (HR Muslim 1/127). Hal ini menunjukkan, bahwa hadits di atas maudhu’ (palsu).

Hadits 8:

“Subhanallah, apa gerangan yang akan kalian hadapi dan apa gerangan yang akan mendatangi kalian – beliau ucapkan tiga kali-. “Umar bertanya, ‘ Wahai Rasulullah, apakah telah turun wahyu ataukah ada musuh yang datang?”Beliau menjawab, “Bukan, tetapi Allah akan mengampuni setiap ahli kiblat ini (umat Islam) pada awal bulan Ramadhan.” Sementara itu, ada seorang laki-laki di sudut kerumunan orang banyak sedang menggelengkan kepalanya sambil mengucapkan ‘puh, puh’. Maka Nabi berkata kepadanya, “Sepertinya dadamu merasa sesak dengan apa yang kamu dengar.”Orang tersebut menjawab, “Demi Allah, tidak, wahai Rasulullah. Akan
tetapi, engkau mengingatkan tentang orang-orang munafik.” Maka Nabi berkata, “Sesungguhnya orang munafik itu kafir, dan orang kafir tidak memperoleh bagian sedikitpun dalam hal ini.”

Hadits munkar.

Hadits 9:

“Bulan Ramadhan itu tergantung diantara langit dan bumi, dan tidak akan diangkat kepada Allah kecuali dengan zakat fitrah.”

Hadits dha’if.

Disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al ‘Hal Al Mutanahiyah
(2/8/824). Lalu beliau manyatakan, bahwa hadits ini tidak shahih. Di dalamnya terdapat periwayat bernama Muhammad bin Ubald AI Bashri, dia seorang yang
majhul (tidak dikenal). 16

Hadits 10:

“Orang yang berpuasa Ramadhan ketika safar seperti orang yang berbuka ketika mukim.”

Hadits munkar.

Hadits 11:

“Barangsiapa beri’tikaf sepuluh hari di bulan Ramadhan, maka sama pahalanya seperti dua kali dan dua kali umrah.”

Hadits maudhu’ (palsu).

Hadits 12:

“Barang siapa berbuka satu hari (di siang hari) bulan Ramadhan dalam keadaan mukim, maka hendaknya menyembelih seekor hewan korban (unta atau sapi). Jika tidak sanggup, maka memberi makan orangorang miskin dengan kurma sebanyak 30 sha’.”

Hadits maudhu’ (palsu).

Hadist 13:

Sesungguhnya, syurga akan berhias menghadapi bulan Ramadhan dari tahun ke tahun. Maka jika datang malam pertama bulan Ramadhan, berhembuslah angin dari bawah ‘arsy, lalu terbukalah daun-daun syurga dari tubuh Hur’ien (para bidadari syurga), lalu mereka berkata, “Wahai Rabb kami, jadikanlah untuk kami pasangan-pasangan dari hamba-hambaMu yang dapat menyejukkan mata kami dan menyejukkan mata mereka.”

Hadits munkar.

Hadits 14:

“Barangsiapa memberi buka kepada seorang yang berpuasa di bulan Ramadhan dari pendapatan yang halal, maka malaikat akan mendo’akannya sepanjang malam-malam Ramadhan, Jibril akan menjabat tangannya. Dan barangsiapa yang tangannya dijabat oleh Jibril, maka hatinya akan lunak dan air matanya akan banyak bercucuran.” Seorang laki-laki bertanya,”Wahai Rasulullah, jika seseorang tidak punya?” Beliau menjawab, “Cukup segenggam makanan.” Orang tersebut bertanya lagi,”Bagaimana dengan orang yang tidak
punya itu?” Beliau menjawab, “Kalau begitu sepotong roti.” Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana jika dia tidak punya itu.” Beliau menjawab,”Kalau begitu, seteguk susu. ” Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana jika dia tidak punya itu?” Beliau menjawab, “Kalau begitu, seteguk air minum.”

Hadits dha’if.

 

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

4 Comments

  1. maaf, sebelumnya
    boleh kah saya bertukar pendapat dengan anda???
    mengenai suatu perasaan hamba kpd Tuhannya
    terimakasih

  2. Boleh menggunakan hadis lemah dengan kriteria sebagai berikut
    1. hanya pada masalah fadoilul a'mal ( amal-amal yang utama demi kebaikan)
    2. bukan hadis mungkar dan terlalu doif atau maudu' (hadis palsu)
    3. bukan untuk masalah halal harom
    4. tidak digunakan dalam masalah aqidah
    5. tidak meyakini kebenarannya secara mutlak
    dan masih banyak syarat lain…

    so selama memenuhi syarat anda dan siapasaja boleh mengamalkan / menyebarkan hadis2 itu..
    coba telaah lagi kitab TADRIBURRAWI KARYA SUYUTI dan lain sebagainya…

    salam copas http://bikailarobbi.wordpress.com/2011/07/24/meng

Tinggalkan Balasan ke Naim Emel PrahanaBatalkan balasan