Ada dua kepercayaan kaum Kristiani mengenai kelahiran Jesus atau Nabi Isa, ‘alaihi salam:
- tanggal lahir 25 Desember (musim dingin).
- tempat lahir kandang domba, sekarang Gereja Nativity di dalam kota Bethlehem (wilayah Tepi Barat, Palestina).
Keyakinan ini sebenarnya tidak memiliki dasar eksplisit (yang jelas) di dalam Kitab Injil yang berlaku sekarang.
Sementara itu, di dalam Al Qur’an, Allah dengan jelas memberitakan kisah kelahiran Nabi Isa ini dengan cerita yang cukup panjang dan lengkap. Dari keterangan di dalam Al Qur’an, terlihat jelas bahwa:
Nabi Isa (Jesus) lahir di musim kurma berbuah di musim panas. Ketika Maryam telah merasa akan melahirkan, ia pergi dan beristirahat di pangkal pohon kurma yang sedang berbuah. Jenis kurma yang disebutkan di dalam Al Qur’an adalah ruthab, jenis yang masak di musim panas.
ÙˆÙŽÙ‡ÙزّÙىٓ Ø¥Ùلَيۡك٠بÙجÙذۡع٠ٱلنَّخۡلَة٠تÙسَـٰقÙØ·Û¡ عَلَيۡك٠رÙطَبً۬ا جَنÙيًّ۬ا (٢٥)
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. (Surat Maryam [19]: 25)
Tempat kelahiran Nabi Isa adalah di tempat yang jauh dari kota Yerusalem. Tempat ini jauh dari tempat peribadahan di mana Maryam biasa tinggal di bawah pengawasan Nabi Zakaria. Siti Maryam sengaja pergi jauh dari kota karena merasa malu dan khawatir membayangkan apa kata orang mengenai dirinya yang tiba-tiba melahirkan tanpa memiliki suami.
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. (22) Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia [bersandar] pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (23)Â (Surat Maryam [19]: 22-23)
Cerita lengkap kelahiran Nabi Isa di dalam Al Qur’an bisa dibaca dalam surat Maryam.
Dari sana terlihat bahwa, Nabi Isa lahir di musim panas, bukan di bulan Desember yang merupakan musim dingin di wilayah Palestina. Selain itu, tempat kelahiran Nabi Isa bukanlah di kandang domba melainkan tempat yang jauh dari keramaian manusia di bawah pohon kurma.
Gereja Nativity di Bethlehem yang dipercaya sebagai tempat kelahiran Jesus mungkin dibangun sebagai tempat peringatan. Gereja itu dibangun berdasarkan kepercayaan masyarakat pada masa 300 tahun lebih setelah kelahiran Jesus.
Kepercayaan bahwa Bethlehem adalah tempat kelahiran Jesus memperoleh dukungan dari hadits tentang Isra’ Mi’raj di mana Jibril memerintah Nabi Muhammad saw. untuk sholat kemudian bertanya mengenai tempat sholat tersebut:
Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda, “Aku diberikan kendaraan lebih baik dari keledai dan bukan bagal, jalannya begitu cepat, lalu aku mengendarainya bersama Jibril as, lalu aku sampai pada suatu tempat. Jibril berkata, ‘Turun dan shalatlah.’ Maka, aku pun melakukannya. Lalu, dia berkata, ‘Tahukah engkau tadi shalat di mana?’ Aku berkata, ‘Aku shalat di Tiba (Madinah) dan kepadanya aku berhijrah.’ Kemudian, dia berkata, ‘Turun dan shalatlah!’ Maka, aku pun melakukannya. Kemudian, dia berkata, ‘Tahukah engkau tadi shalat di mana?’ Aku berkata, ‘Tadi aku shalat di Bukit Sinai dan di situlah Nabi Musa berbicara langsung dengan Allah SWT.’ Kemudian, dia berkata, ‘Turun dan shalatlah!’ Maka, aku pun melakukannya. Kemudian, dia berkata, ‘Tahukah engkau tadi shalat di mana?’ ‘Tadi aku shalat di Bethlehem (Bayt Lahm) dan di situlah Nabi Isa dilahirkan. Kemudian, aku masuk ke Baitul Maqdis dan di situ dikumpulkan para nabi maka akupun diperintahkan oleh Jibril untuk menjadi imam mereka.’†( HR an-Nasa’i).
Bethlehem (dalam bahasa Yahudi berarti “rumah roti”, dalam bahasa Arab: “rumah daging”), terletak sekitar 10 km di sebelah selatan dari Yerusalem, atau Masjidil Aqsha tempat Siti Maryam tinggal. Jarak sejauh ini sepertinya cocok dengan deskripsi di dalam Al Qur’an yang menyatakan bahwa Maryam pergi ke tempat yang jauh (bisa 3-5 jam dengan jalan kaki) ketika akan melahirkan.
Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.