Seperti kita ketahui, Kemokominfo pada Senin, 30 Maret 2015 telah secara resmi meminta penyedia layanan internet (ISP) di Indonesia untuk memblokir 22 situs web muslim. Pemblokiran itu menanggapi perminaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menganggap situs-situs web tersebut menyemai radikalisme islam.
Sontak, pemblokiran tersebut memperolah jawaban keras dari netizen muslim dan para petinggi tokoh umat islam. Mereka menilai, pemblokiran tersebut terlalu gegabah dan salah sasaran. Banyak yang menanyakan alasan dan dasar apa yang dipakai BNPT mengkategorikan 22 situs tersebut sebagai islam radikal. Situs eramuslim.com dan dakwatuna.com yang selama ini menjadi rujukan kaum muslimin karena banyak memuat informasi fiqih dan permasalahan kontemporer kaum muslimin ikut diblokir. Banyak yang menyayangkan, tindakan pemerintah salah sasaran: situs porno dibiarkan, situs islam diberangus, teriak mereka.
Rekomendasi BNPT ini tak lepas dari isu ISIS yang mendunia dan juga telah menarik sebagian orang dari indonesia. ISIS yang mengklaim sebagai khilafah islam di Irak dan Suriah secara terang-terangan mengajak kaum muslimin di seluruh dunia untuk bergabung dengan negeri mereka dan berjihad dalam perjuangan menegakkan islam versi mereka. ISIS dengan gayanya yang amat radikal, sadis dan terang-terangan dalam menyatakan permusuhan dengan barat juga menjadi musuh bagi kaum muslimin yang tidak sepemahaman dengan mereka. Banyak dilaporkan tindakan kekerasan yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin lain yang tidak sepaham.
Para ulama islam di dunia masih mengambil jarak dengan ISIS dan bahkan tidak setuju dengan cara-cara yang ISIS lakukan. Sebagian orang bahkan percaya bahwa ISIS adalah proyek intelijen asing untuk mengobrak-abrik kaum muslimin itu sendiri. Teridentifikasinya salah satu jagal ISIS yang berasal dari Inggris dan pernah menjadi informan badan intelijen menjadi indikasi hal ini.
Kini isu ISIS ini membawa korban kaum muslimin yang lain, yang mencoba menegakkan agama Allah dengan benar di bumi Indonesia. Dengan alasan pencegahan radikalisme islam, situs-situs media islam mulai dijadikan target pemblokiran. Siapa yang menuai keuntungan di balik ini? Yang jelas, akses umat islam kepada sumber ilmu islam yang baik menjadi berkurang.
Meskipun demikian, di era online dan globalisasi seperti sekarang ini, banyak jalan yang bisa ditempuh untuk tetap bisa berkomunikasi dan menyampaikan nilai-nilai islam secara online.