Belajar dari “Bumi Datar”: Matahari Dekat, Benarkah?

Salah satu argumen dari pengusung Teori Konspirasi Bumi Datar adalah bahwa jarak matahari dengan bumi adalah dekat. Menurut salah satu pencetus Flat Earth Society, jaraknya hanya sekitar 5000 km dari bumi. Di era internet ini, salah satu video dari pengusung Flat Earth memberikan contoh gambar sinar matahari yang menembus awan, yang terlihat mengerucut pada satu titik seolah-olah sumber cahayanya dekat.

Mari kita belajar dari argumen dan bukti yang dibawakan tersebut.

Gambar yang diperlihatkan adalah sinar krepuskular (crepuscular rays) dari matahari yang menembus awan di saat cuaca basah. Salah satunya adalah di bawah ini:

sinar-krepuskular-crepuscula-laut-mendung-2Para pengusung teori bumi datar kemudian menampilkan analagi bahwa fenomena semacam itu bisa diperoleh dengan sinar lampu yang dekat dengan penghalang kertas yang berlubang-lubang (gambar di bawah ini, bagian kiri). Jadi, kesimpulannya matahari adalah dekat tidak jutaan kilometer jauhnya dari bumi.

sinar-krepuskular-flat-earth-matahari-dekatTetapi tepatkah analogi tersebut?

Pada gambar di atas yang bagian kanan, terlihat ada percobaan yang menggunakan sinar matahari alami di luar ruangan. Terlihat bahwa sebenarnya, sinar matahari yang melewati lubang-lubang kertas (sebagai padanan awan) membentuk garis-garis sejajar.

Mengapa sinar matahari yang sama menghasilkan garis-garis sinar yang terlihat berbeda pada saat dihalangi? Yang terhalang kertas terlihat sejajar, sementara yang terhalang awan terlihat berasal dari satu titik?

Jawabannya adalah perspektif.

Pengusung teori bumi datar menggunakan argumen perspektif ini saat menjelaskan terbit dan tenggelamnya matahari. Tetapi sayangnya mereka tidak menggunakan perspektif untuk menjelaskan fenomena sinar kerpuskular matahari di atas.

Sinar krepuskular matahari yang menembus awan tersebut sebenarnya juga sejajar seperti pada gambar bagian kanan di atas. Namun karena skalanya sangat besar dan luas maka efek perspektif ini terlihat lebih jelas. Awan di atas langit tersebut jauh lebih jauh jaraknya dibandingkan dengan lautan yang ada di depan mata kita (pada contoh gambar di atas). Alhasil, awan yang tertembus sinar matahari terlihat lebih kecil dan demikian juga sinar yang menembusnya.

Jika perspektif ini kita terapkan pada percobaan menggunakan kertas berlubang yang disinari sinar matahari akan dapat pula dijelaskan mengapa terlihat sejajar. Jarak kertas yang berlubang dengan kertas di tanah tidak terlalu jauh dan relatif sama jaraknya dengan mata kita. Hasilnya, sinar-sinar terlihat sejajar oleh mata (meskipun mungkin sebenarnya tidak sejajar sempurna, tetapi perbedaan jarak yang kecil ini tak terlihat nyata oleh mata kita).

Kru stasiun ruang angkasa ISS juga pernah memotret sinar krepuskular ini dari angkasa sebagaimana foto berikut ini:

sinar-krepuskular-crepuscula-dari-angkasa-iss029-e-031270_lrgTerilhat dalam foto di atas bagaimana bentuk sinar krepuskular matahari saat menembus awan saat dilihat dari perspektif yang berbeda. Karena yang memotret tepat berada di atas awan dan bayangannya, maka jarak bayangan atau sinar yang menembus awan tersebut semuanya sama relatif terhadap yang memotret. Hasilnya, sinar krepuskular matahari tadi terlihat sejajar.

Sinar matahari anti-krepuskular (anti-crepuscular rays)

Ada lagi satu fenomena alam yang menunjukkan bahwa sinar matahari krepuskular tersebut sebenarnya adalah sejajar. Namanya adalah sinar anti-krepuskular. Sinar ini terlihat di arah sebaliknya dari sumber cahaya matahari. Maksudnya, jika matahari sedang ada di timur, maka sinar anti-krepuskular ini terlihat di barat.

Jika matahari dekat, seperti yang dikatakan pengusung flat earth, maka sinar krepuskular yang terbentuk oleh matahari di sebelah timur akan semakin membesar, menjauhi satu sama lain saat sinar tersebut mencapai ufuk barat. Jika kita melihat semburat sinar semacam ini di ufuk barat, tentunya yang kita lihat adalah sinar yang tidak bergabung menuju satu titik. Sinar tersebut akan terus menjauhi satu sama lain.

Namun kenyataannya, sinar semacam itu di alam terlihat menyatu menuju ke satu titik di ufuk barat. Contohnya adalah seperti foto di bawah ini:

sinar-anti-krepuskular-pagi-ted-schultz-titusville-fl-e1410416710575Terlihat bulan purnama yang sedang tenggelam di foto di atas. Artinya, matahari sedang berada di ufuk timur, sedang terbit dan sinarnya terhalang awan sehingga menghasilkan semburat sinar krepuskular di atas. Kita lihat semburatnya menyatu ke satu titik karena perspektif. Jarak kita ke ufuk barat sangat lebih jauh dibandingkan dengan jarak kita ke semburat sinar yang terbentuk di atas kepala kita. Jadinya, sinar matahari yang sejajar aslinya akan terlihat menuju satu titik karena perspektif penglihatan kita. Persis seperti rel kereta atau sisi jalan yang terlihat menyatu di kejauhan.

Kesimpulannya, matahari memang sangat jauh dari bumi dan berukuran sangat besar dibandingkan bumi. Karena itu, sinar matahari yang masuk ke bumi boleh dibilang sejajar di manapun di muka bumi ini. Semburat sinar matahari yang menembus awan terlihat tidak sejajar karena perspektif pandangan kita saja.

sinar-krepuskular-flat-earth-perspektif-jalan-tolSemoga kita bisa mengambil pelajaran dari fenomena alam di sekitar kita.

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

Tinggalkan Balasan