Benarkah Tidak Boleh Menikah di Bulan Shafar?

tahayul-percaya-tanggal-13-sial

Ada beberapa pertanyaan terkait pelaksanaan pernikahan yang sampai ke redaksi Alhabib. Di antaranya menanyakan tentang baik atau tidaknya, atau boleh atau tidaknya, melaksungkan pernikahan di bulan-bulan hijriyah tertentu dalam islam. Ada yang menyampaikan anggapan sebagian kaum muslimin bahwa menikah itu tidak baik dilakukan di bulan Muharram, Syawal atau tidak boleh menikah di bulan Shafar.

Terkait dengan hal ini, islam sebenarnya sangat tegas menolak anggapan bahwa hari-hari tertentu atau bulan-bulan hijriyah tertentu membawa kesialan atau keburukan. Nabi Muhammad, shallallahu ‘alaihi wassalam, dengan tegas memberi peringatan atas kepercayaan yang berakar kepada mitos jahiliyah ini:

“Tidak ada wabah (‘Adwa) dan tidak ada burung (Hammah) dan tidak ada bulan Shafar dan larilah dari penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)

Dalam hadits yang senada diterangkan lebih rinci:

“Tidak ada wabah penyakit menular kecuali karena izin Allah (‘Adwa), tidak ada pula tahayul (Thiyaroh), juga tidak ada kepercayaan bahwa melihat atau mendengar burung hantu adalah tanda pengumuman akan kematian seseorang (Hammah), tidak juga kepercayaan akan kesialan yang dibawa oleh bulan Shafar, dan larilah kamu dari penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari singa.” (HR Bukhari)
Terkait bulan shafar, masyarakat jahiliyah di masa Nabi Muhammad percaya bahwa bulan ini membawa kesialan. Mereka takut untuk melakukan perjalanan niaga atau melangsungkan pernikahan di bulan Shafar. Mereka percaya bahwa hasil niaga atau perjalanan atau pernikahan tersebut akan buruk jika tetap dilakukan di bulan Shafar.

Ibnu Rajab berkata:

”Bahwa masyarakat jahiliyah berkeyakinan sial terhadap bulan shafar. Mereka mengatakan, shafar adalah bulan sial. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghapus keyakinan ini.” (Lathaif al-Ma’arif, hlm. 74).

Masyarakat moderen sekarang juga masih mempercayai tahayul semacam itu. Ada yang percaya jika melihat kucing hitam melintas di depan kita, itu adalah tanda akan datangnya bencana kepada kita. Ada yang percaya bahwa tanggal-tanggal tertentu membawa keburukan, atau angka 13 adalah angka sial, mereka yang lahir di bawah rasi bintang Virgo tidak cocok menikah dengan bintang Leo, jangan mandi di malam Jum’at kliwon dan sebagainya.

Kepercayaan semacam ini, bahwa waktu-waktu atau benda-benda tertentu membawa kesialan, disebut tahayul atau Thiyaroh dalam islam dan Nabi mengingatkan bahwa:

“Thiyarah itu syirik…, Thiyarah itu syirik…, (diulang 3 kali)”. HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan yang lainnya. Syuaib Al-Arnauth mengatakan, Sanadnya shahih).

Secara bahasa, kata thiyaroh (kesialan/pamali) adalah isim mashdar dari kata tathoyyur yang mana asal katanya adalah tho’irun yang berarti burung. Hal ini karena dulu, orang-orang Arab jahiliyah ketika mereka hendak mengadakan suatu perjalanan maka mereka terlebih dahulu melempar seekor burung ke udara, jika burungnya terbang ke kanan maka mereka melanjutkan rencana keberangkatan mereka karena itu adalah pertanda baik dan jika burungnya terbang ke kiri maka mereka membatalkan perjalanan tersebut karena itu adalah pertanda jelek.

Barangsiapa yang thiyaroh sehingga mengakibatkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat syirik. (HR Ahmad)

Barangsiapa yang thiyaroh sehingga mengakibatkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat syirik. (HR Ahmad)

Tidak jarang ada orang yang ketika ditimpa musibah atau kesusahan dia menyalahkan atau mengumpat kepada waktu, hari, atau bulan kejadian tersebut. Allah sangat tidak suka dengan tabiat semacam ini:

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Allah Subhanahu wata’ala berfirman : “Anak adam (manusia) menyakiti Aku, mereka mencaci masa, padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang menjadikan malam dan siang silih berganti”. Dan dalam riwayat yang lain dikatakan : “janganlah kalian mencaci masa, karena Allah Subhanahu wata’ala adalah Pemilik dan Pengatur masa.” (Hadits riwayat Bukhari).

Sebagai penutup marilah kita hilangkan kepercayaan yang salah mengenai waktu, tanggal, atau bulan dalam islam. Kita harus meyakini bahwa musibah atau kesenangan itu datang dari Allah sesuai guratan taqdir yang telah Ia tetapkan. Allah tidak menciptakan waktu-waktu tertentu sebagai pembawa musibah atau kesialan.

“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51 ).

Semoga bermanfaat.

Habib bin Hilal

Habib bin Hilal adalah pengelola dan Editor dari blog ini serta situs Alhabib - Mewarnai dengan Islam.

Tinggalkan Balasan